Repost dari Catatan di akun Facebook FransGtuLoch
Alay banget ya, tapi tak apa lah kenang-kenangan..
---------------------------------------------------------------------------------------------
*Peringatan: untuk mencegah adanya kesalah pahaman..
Sebelum membaca tulisan ini, dengan segala hormat saya mohon!
Karena semua pasti ada positif dan negatifnya, tergantung dari mana sudut pandangnya.
Maka dari itu pembaca diharap bisa lebih bijak untuk memilah, memilih, menimbang yang mana poin positif dan mana poin negatif.
Karena tulisan ini dari awal dibuat oleh penulis bukan bermaksud untuk menggurui atau justru menjerumuskan para pembaca..
Terimakasih, Selamat membaca!
--------------------------------------------------------------------------------------------
"AIR"
Tenang dipermukaan, bagai mega samudra terdalam..
Semakin terbendung, menguatkan arusnya..
Tak jarang hanya dimanfaatkan tuk menghangatkan tabung pijar..
Bersinar terang dalam gelap gulita malam, kelam, kian dingin, hingga fajar menghampiri..
Terbakar api panas, hanya meng-uap..
Terangkat jadi hiasan cakrawala biru..
Menggumpal kecil, putih awalnya..
Hingga akhirnya meluas, menghitam garang kemudian..
Cahya surya-pun tak mudah menembusnya..
Guntur menyambar, menjerit-jerit, bergemuruh, gaduh, bahkan ricuh..
Saat badai datang mengamuk, tuk memecah keheningan, kesepian, kehampaan..
Rela jatuh tersungkur, ber-ulang kali menahan sakit, perih, pecah belah, pisah..
Membentur kerikil, batuan, bahkan karang nan tajam bagai duri..
Apakah selesai?, mati?
. . . .
Tertolong oleh kerendahan hati, menyatukan jati diri kembali..
Semakin rendah hati, kian menyatu tiap tetes, perlahan namun pasti..
Menghidupi tanah kering, gersang nan tandus, hingga menghijau royo-royo..
Sedari hulu menuju hilir..
Melalui perjalanan jauh, berliku, berbelok, pasir halus, sekali-pun batuan kerikil yang kasar..
Bahkan harus masuk kecelah-celah di dalam tanah, gelap tanpa sinar, sunyi senyap, lenyap..
Menjalani proses perubahan waktu, suhu, dan udara..
Tak sedikit tetesan yang terperangkap, mengkristal, menggumpal, membatu..
Karena membawa beragam material dan mineral di sepanjang perjalan..
Apakah sulit?, rumit?
. . . .
Begitu banyak kejadian diluar kendali, rencana, harapan, keinginan, bahkan impian sekalipun..
Terkotori dengan sampah, fitnah, caci maki, bahkan sumpah serapah..
Menggumpal tak tertahan, tak terbendung, makin jadi..
Menggenang, membanjiri daratan keluar jalur yang seharusnya..
Mendorong kesana-kemari, menerobos masuk bangunan-bangunan kokoh..
Bau tak sedap, bercampur bangkai mahluk hidup yang mati terbunuh, kotoran, kuman, bakteri penyakit..
Membusuk nan beracun..
Saat-saat seperti ini, hanya ada pertanyaan yang mungkin muncul dalam benak..
"Siapa yang salah?" "Kenapa salah?" "Kapan salah?"
itu tidaklah menjadi pokok permasalah lagi..
Sebab, itu diluar kendali, dan sudah terlanjur terjadi..
Bukan saatnya untuk saling menyalahkan..
Namun yang benar-benar diperlukan, dan dibutuhkan adalah
"Bagaimana caranya mermperbaiki keadaan ini?"
. . . .
Bahkan di penghujung perjalanan..
Sudah sampai di mega samudra menyatu kuat jati diri..
Kapan-pun bisa terjadi getaran, goncangan, dan dipaksa mengombak kepesisir pantai..
Dengan gelombang luar biasa hebat..
Karna gesekan lempeng bumi..
Patah, membocorkan wadah..
Tempat bernaungnya jati diri..
Hanya bisa pasrah, sujud, meminta maaf dan belas kasihan..
Atas apa yang telah terjadi, mengakibatkan kerusakan, bencana, kepanikan, kerugian..
Karna apa mau dikata, itu sudah benar-benar jauh dari kemampuan..
yang diinginkan sekarang hanyalah beristirahat tenang dalam damai..
-Sekian dan Terimakasih atas waktu yang diluangkan untuk membaca tulisan ini-
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Setelah membaca catatan ini..
Sadarkah kita disengaja atau tidak..
Sering kali meremehkan, dan menyia-nyiakan keberadaan air di lingkungan sekitar..
atau bahkan orang-orang yang berkepribadian seperti air?
atau justru saudara/saudari seperti membaca siklus kehidupan diri sendiri?
Kalau jawabannya adalah "ya"..
Sudah sampai di tahap manakah kehidupan saudara/saudari?
Mudah-mudahan tulisan saya ini sedikit/banyak bisa memberi inspirasi kepada para pembaca..
Mohon maaf atas kesalahan saya dalam pemilihan kata, cara penulisan, dan tata bahasa yang kurang tepat..
Membuka pintu selebar-lebarnya untuk kritik dan saran.. n_n
Tidak ada komentar:
Posting Komentar